Selasa, 06 Agustus 2013

Makalah Sejarah Islam di Syria

Makalah Sejarah Islam di Syria:



BAB I
PENDAHULUAN

                Dalam  mata  kuliah  Sejarah  Islam  di  Asia  Barat  kita  diperkenalkan   tentang   negara-negara  Islam  di  Asia  Barat.  Dimana  dalam  mata  kuiah  ini  kita  akan  mempelajari  tentang  Islam  di  Syiria. Selain  itu  kita  juga  akan  mempelajari  letak  geografis , awal  mula  masuknya  Islam  ke  Syiria, masuknya  kolonialisme  di  Syiria,  perkembangan  Islam  di  Syiria. Untuk  lebih  jelasnya,  akan  kita  bahas  dalam  makalah  ini,  yaitu  tentang  Islam di  Syiria.  

BAB II
PEMBAHASAN
 A.  Sejarah Syria
       Syria adalah sebuah negara yang Ibu kotanya Damascus, sekitar 90% dari penduduk adalah orang arab. Syiria adalah Negara berkembang yang punya potensi besar untuk pertumbuhan ekonomi. Produk utama dari pertanianya yaitu kapas, gandum, barli (semacam gandum), buah-buahan, sayur-mayur, tembakau, ternak, dan lain-lain. Industry berkembang pesat meliputi tekstil, pengolahan makanan, petroleum. Dan pertambangan menghasilkan minyak bumi, gas alam, bijih besi dan garam. Untuk menunjang perdagangan, kota-kota syiria dan Negara-negara tetangga dihubungkan dengan jalan-jalan aspal, jalan kereta api dan pelabuhan internasional yag berada di Damascus. Bentuk pemerintahan syiria adalah Negara republic, presiden adalah kepala Negara. Presiden juga memimpin partai ba’ath, yang mengontrol politik pemerintahan syiria. Dan ada empat partai politik yang membentuk organisasi bersama partai ba’ath yang disebut front progesif nasional.
        Syria sebelum Islam  merupakan daerah yang dikuasai bangsa semit sejak 3500 SM sampai 538 SM. Yaitu bangsa aramaea, phoenisia, dan bangsa yahudi. Di antara ketiganya yang terbesar adalah bangsa yahudi. Bangsa Yahudi berhasil mendirikan kekuasaan yang mandiri pada masa kepemimpinan Daud anak jesse dari suku juddah dan mencapai kejayaannya pemerintahan sulaiman (961-922 SM) setelah sepeninggal sulaiman bangsa yahudi terpecah menjadi dua: kekuasaan israel dibagin utara dan kekuasaan yudah di bagian selatan. Pada tahun 722 SM kekuasaan israel diganti oleh bangsa assyria.
        Kekuasaan assyria runtuh bangsa babylonia bangkit kembali dibawah kekuasaan dinasti chaldean atau dinasti babylonia baru (625-538/539 SM) ssetelah itu dikuasai oleh non-semit, persia di bawah pimpinan Cyrus. Pada tahun 333 SM Alexander atau iskandar agung penaklukan persia dan mengembangkan kebudayaan yunani. Disadanlah tumbuh peradaban baru yang mengungguli peradaban sebelumnya dan peradaban ini dinamakan peredaban yunani.
        Pada tahun 64 SM suriah jatuh ke tangan bangsa romawi. Kemudian bangsa romawi timur mengembangkan agama kristen di suriah hingga datangnya islam.

 B.  Penaklukan Suriah
        Penaklukan suriah bermula dari insiden mu'tah dimana orang islam melawan pasukan romawi. Perang ini bertujuan menuntut balas atas kematian seorang utusan nabi yang dikirim kepada kerajaan gassan di bushra. Pasukan islam berkekuatan 3000 orang yang dipimpin oleh zaid bin haritsah. Pertempuran mu'tah adalah satu-satunya pertempuran dengan suriah pada hidup nabi. Setelah perang mu'tah penaklukan tersebut dilanjutkan oleh abu bakar.
        Abu bakar mengirim tiga pasukan yang masing-masing terdiri dari sekitar 3000 orang yang masing-masing dipimpin oleh 'amr bin al-'ash, yazid bin abi sufyan, dan surahbil ibn hasanah. Abu ubaydah ibn al-jarrah yang tk lama kemudian menjadi komandan pasukan gabungan, munkin juga memimpin salah satu pasukan dan mengambil rute jamaah haji.
        Khalid bin walid yang ketika itu sedang beroprasi di irak diperintahkan oleh abu bakar untuk segera berangkat dan membantu pasukan yang sedang bertempur di suriah. Dalam perjalanan menuju suriah kahalid berhadapan dengan pasukan bizantium di dekat damaskus dan behasil menguasainya. Kahlid ibn al-walid pun bergabung di lembah yarmuk. Dan diangkat oleh khalifah menjadi panglima.
        Dipertempuran yarmuk antara umatmuslim melawan pasukan bizantium yang menguasai suriah. Umat islam dapat mengalahkan pasukan musuh walaupun ada sebagian yang melarikan diri ke tepi sungai di lembah rukkad. “selamat berpisah wahai suriah, sebuah negeri sempurna yang direbut musuh” demikian kata heraklius.
C. Syria Dari Masa Klasik Hingga Modern
Penduduk syiria adalah mayoritas Sunni  dan empat sekte Syi’ah minoritas. Sekte syi’ah  terbesar, Alawiyah, terpusat di barat laut Latakia dan menduduki sekitar 12persen dari penduduk. Orang-orang Druze hanya menepati angka tiga persen dari jumlah penduduk, tetapi menduduki posisi dominan di provinsi barat daya Suwaida. Kaum ismailiyah di syiria tengah deket hama dan homs dan sejumlah kecil penganut Syiah Dua Belas Imam di sekeliling Aleppo  secara gabungan berjumlah satu persen dari jumlah penduduk. Pada awal abad kesembilan belas , kaum elit poliik dan sosial di kesultanan utsmaniyah mempersatukan institusi-instusi, simbol-simbol, dan kaum ulama islam. Pada paro kedua abad kedua puluh, kecenderungan sekular mendominasi Syiria, dan gerakan-gerakan pemulihan kedudukan tertinggi Islam menjadi alasan bagi pembangkah politik.
            Selama era utsmaniyah (1517-1918), para sultan melegitimasi otoritas mereka dengan mengklaim menjalankan pemerintahan sesuai dengan Islam. Diantara pemuka-pemuka agama yang menduduki jabatan tertinggi adalah para mufti daari keturunan Nabi (niqib al-asyraf). Orang-orang berkedudukan tinggi lainnya meliputu hakim-hakim pengadilan, para pengajar di sekolah-sekolah unggulan, serta para khatib dan imam shalat di masjid-masjid terhormat. Dengan demikian, otoritas utsmaniyah dan institusi-institusi keagamaan setempat saling memeperkuat otoritas sat sama lain. Anggota termiskin dalam institusi keagamaanb adalah para pedagang kecil dan tukang yang terkait denga masjid kecil dan tarekat sufi yang populer.
Diantara mazhab-hukum islam yang utama, mazab syafi’I memiliki akar yang dalam diii syiria, teapi mazhab Hanafi menjadi lebih luas diterima diantara ulama-ulama berstatus tinggi pada abad kedelapan belas dan abad kesembilan belas oleh sebab mazhab hukum resmi kesultanan utsmaniyah. Keragaman dan tolenransi ini mencirikan afiliasi dengan tekan sufi. Seorang muslim boleh jadi mempererat ikatan dengan beberapa terkat kosmopolitan, misalnya Qadariyah, Naqsyabandiyah, Rifa’iyah dan Khalwatiyah.
            Pada dekade-dekade awal abad kesembilan belas, kemapanan keragaman Syiria memperlihatkan kesetiaannya pada Khalifah Ustmaniyah dengan menolak untuk memberontak yang dikeluarkan oleh pada propagandis gerakan pembaharu agama Wahabiyah di Arab Tengah. Pada 1831 angkatan bersenjata mesir menduduki Syiria, memebuatnya berada dibawah kekuasaan Kairo hingga 1840. Pemuliha kekuasaan Ustmaniyah pada 1841 memebawa kelegaan, tetapi selama dua dekade berkutnya,munculnya elit birokasisekular di Istanbul dan tumbuhlah misi keagamaan dan komersial Eropa menghadapkan tanda bahaya kepada kaum ulama syiria. Sentimen anti eropa meledak pada 1850 ketika massa Muslim memebantai orang-orang Kristen di Damaskus.
            Pada dekade-dekade akhir pemerintahan Ustmaniyah, kemapanan agama menerima dukungan terakhir dari Sultan Abdulhamid II (1876-1909). Penguasa ini menangkai penyususpan orang-orang Eropa dari perselisiah politik dalam negri dan sebuah kebijakan yang menekankan status keagamaan sebagai khalifah seluruh muslim. Pad awal 1990an meledaklah permusuhan sengit antara kzum pembaru (yang dikenal dengan kaum Salafiyah) dengan orang-orang yang setia pada praktik keagamaan yang populer semisal mengunjungi makam orang suci untuk meminta do’a serta taqlid buta terhadap faqih.
perselisiha keagamaan ini bertumpang tindih pada konflik politik, baik sebelum maupun sesudah pemulihan konstitusi Ustmaniyah pada 1908 dan pencabutan kekuasaan Abdulhamid pada tahun berikutnya. Kehancuran kesultanan Ustmaniyah pada akhir Perang Dunia I denga tibs-tiba mengakhiri persaingan ini dengan mengganti dasar-dasar perpolitikan syira.
            Pada Juli 1920 Prancis menyerbu Syiria, mengusir Amir Faisal, menghapus pemerintahannya, dan berdasarkan sebuah mandat dari liga Bangsa-Bangsa, membentuk pemerintaha langsung yang berakhir pada 1946. Selam seperempat abad itu, nasionalisme Arab bangkit sebagai pemimpin ideologi oposisi terhadap kekuasaan asing. Ideologi ini memungkinkan orang-orang syiria dar semua agama (sunni, druze, alawiayh, syi’ah, dan kristen) bersatu melawan kekuatan Eropa. Namun, islam memegang peran penting dalam perjuangan kaum nasionalis. Selain posisi Islam dalam perjuangan kaum nasionalis, periode pemerintahan mandat menyasiakan berkembangnya berbagai perhimpunan islam dan institusi budaya yang baru pada tingkat akar rumput dikota-kota syiria. Perhimpunan amal Islam (jam’iyat) muncul di Damaskus, Allepo dan Hama pada periode 1920an dan 1930an.
            Dibidang politik, perhimpunan-perhimpunan islam memimpin oposisiterhadap ususlan prancis dalam rancangan konstitusi 1928 untuk menegakkankesetaraan keagamaan bagi seluruh warga negara. Disaat kemerdekaan pada 1946 hingga 1963, perpolittkan syiria mengalami seringkaian kudeta militer, kabinet-kabinet sipil yang berumur singkat, dan periode singkat penyatuan dengan mesir. Kekuatan-kekuatn politik paling dinamias adalah partai-parta arab sekular. Parta ikhwanul Muslimin, dibentuk pertama kali di syiria pada 1946 mewakili sentumen agama yang mengancam kecenderungan sekular yang dominan, tetapi ia tidak memiliki penggaruh besar dalam perpolitikan di syiria selama periode ini. Pemimpin ikhwanul Muslimin adalah mushtafa Al-Siba’i (1915-1964). Pada 8 maret 1963, sebuah kudeta militer meresmikan era pemerintahan Ba’ts. Akibatnya, tantangan paling keras terhadap pemerintahan Ba’ts datang dari kelompok-kelompok Islam, terutama Ikhwanul Muslimin.

Pada akhir 1970an rezim ba’ts menindas dan mengooptasi pesan-pesaing politik sekularnya  yang paling membahayakan. Minoritas –minoritas agama di suriah orang-orang druze, `alawiyah, kristen, dan ismailiyah terkonsentrasi di daerah pedesaan dan tidak bersimpati terhadap aspirasi islam. faktor lain dari yg memperlemah pergerakan islam tersebut. Pada 1970, ikhwan al-muslmin saja terpecah menjadi tiga kelompok.  Cabang damaskus mengikuti garis moderat `isham al-`aththar. Dikota-kota utara di Aleppo, homs dan latakia. Rezim Suriah terus bersikukuh pada pemisahan tegas agama dan politik. Namun, di lain pihak ia tidak berusaha memperlemah posisi agama dalam budaya dan masyarakat Suriah. Secara garis besar, rezim mendorong pencairan perpecahan sekretarian dan memajukan sebuah penafsiran nonpolitis atas islam. Negara bertanggung jawab dalam menyediakan prasarana bagi warga negaranya agar dapat memenuhi tugas-tugas keagamaan mereka, tetapi bukan untuk memaksakan keseragaman agama.

BAB III
PENUTUP
Dapat diambil kesimpulan bahwasanya negara syria adalah nagara dimana penduduk syiria adalah mayoritas Sunni, dimana selama era utsmaniyah , para sultan melegitimasi otoritas mereka dengan mengklaim menjalankan pemerintahan sesuai dengan Islam.
 Demikian makalah yang dapat kami buat, kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah kami. Masukan yang bersifat mendukung, sangat kami harapkan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar